Minggu, 10 Juli 2011

C. Perkembangan Intelek

1.      Pengertian Intelek dan Intelegensi
a.       Pengertian INTELEK
Istilah intelek berasal dari bahasa Inggris intellect yang menurut Chaplin (1981) diartikan sebagai :
Ø      Proses kognitif, proses berpikir, daya menghubungkan, kemampuan
menilai, dan kemampuan mempertimbangkan;
Ø       Kemampuan mental atau itelegensi.
Menurut Mahfudin Shalahudin (1989) dinyatakan bahwa “intelek” adalah akal budi atau inteligensi yang berarti kemampuan untuk meletakkan hubungan dari proses berfikir. Selanjutnya, dikatakan bahwa orang yang intelligent adalah orang yang dapat menyelesaikan persoalan dalam waktu yang lebih singkat, memahami masalahnya lebih cepat dan cermat, serta mampu bertindak cepat.

b.      Pengertian INTELIGENSI
Istilah inteligensi, semula berasal dari bahasa Latin intelligere yang berarti menghubungan atau menyatukan sama lain (Bimo Waalgito, 1981).
1)      Menurut English & English dalam bukunya ” A Comprehensive Dictionary of Psichological and Psychoalitical Terms” , istilah intellecct berarti antara lain :
Ø      Kekuataan mental dimana manusia dapat berpikir ;
Ø      Suatu rumpun nama untuk proses kognitif, terutama untuk aktivitas yang berkenaan dengan berpikir ( misalnya menghubungkan,                 menimbang, dan memahami); dan
Ø      Kecakapan, terutama kecakapan yang tinggi untuk berpikir; (bandingkan dengan intelligence. Intelligence =intellect).
2)      Menurut kamus WebssterNew Worid Dictionary of the American Language, istilah intellect berarti: kecakapan untuk berpikir, mengamati atau mengerti; kecakapan untuk mengamati hubungan-hubungan, dan sebagainya. Dengan demikian kecakapan berbeda dari kemauan  dan perasaan,kecakapan mental yang besar.
3)      Wechler (1958) mermuskaan intelligensi sebagai “keseluruhan ke-mampuan individu untuk berpikir dan bertindak secara terarah serta kemampuan mengolah dan menguasai lingkungan secara efektif. Intelegensi bukanlah suatu yang bersifat kebendaan, melainkan suatu fiksi ilmiah untuk mendiskripsikan perilaku individu yang berkaitan dengan kemampuan intelektual.
4)      Menurut William Stern, salah seorang pelopor dalam penelitian inteligensi, menyatakan inteligensi adalah kemampuan untuk menggunakan secara tepat alat-alat bantu dan pikiran guna dan pikiran guna menyesuaikan diri terhadap tuntutan-tuntutan baru (Kartini Kartono, 1984).
5)      Leis Hedison Terman berpendapat bahwa inteligensi adalah kesanggupan untuk belajar secara abstrak (Patty F, 1981). Di sini Terman membedakan antara concrete ability yaitu kemampuan yang berhubungan dengan hal-hal yang bersifat konkret abstract ability, yaitu kemampuan yang bersifat abstrak. Orang dikatakan inteligen, menurut Terman, jika orang tersebut mampu berpikir abstrak dengan baik.
6)      Menurut Raven inteligensi adalah sebagai kapasitas umum individu yang nampak dalam kemampuan individu untuk menghadapi tuntutan kehidupan secara rasional (dalam Suryabrata, 1998, p.66). Intelligensi lebih difokuskan kepada kemampuannya dalam berpikir.
Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan bahwa pengertian intelek tidak berbeda dengan pengertian inteligensi yang memiliki arti kemampuan untuk melakukan abstraksi,serta berpikir logis dan cepat sehingga dapat bergerak dan menyesuaikan diri terhadap situasi baru.
Jean Piaget mendefenisikan intellect adalah akal budi berdasarkan aspek-aspek kognitifnya, khususnya proses berpikir yang lebih tinggi (Bybee dan Sund, 1982). Sedangkan intelligence atau inteligensi menurut Jean Piaget diartikan sama dengan kecerdasan yaitu seluruh kemampuan berpikir dan bertindak secara adaptif, termasuk kemampuan mental yang kompleks seperti berpikir, mempertimbangkan, menganalisis, mensintesis, mengevaluasi dan menyelesaikan persoalan-persoalan. Jean Piaget mengatakan bahwa inteligensi adalah seluruh kemungkinan koordinasi yang memberi struktur kepada tingkah laku suatu organisme sebagai adaptasi mental terhadap situsi baru.

2.      Hubungan Antara Intelek dan Tingkah Laku
Kemampuan berpikir abstrak menunjukkan perhatian seseorang pada kejadian dan peristiwa yang tidak konkrit, seperti pilihan pekerjaan, corak hidup bermasyarakat, pilihan pasangan hidup yang sebenarnya masih jauh di depannya, dan lain-lain. Bagi remaja, corak perilaku pribadinya di hari depan dan corak tingkah lakunya sekarang akan berbeda. Kemampuan abstraksi akan berperan dalam perkembangan kepribadiannya. Mereka dapat memikirkan prihal itu sendiri. Pemikiran itu terwujud dalam refleksi diri, yang sering mengalah ke penilaian tentang dirinya tidak selalu diketahui orang lain, bahkan sering terlihat usaha seseorang untuk menyembunyikan atau merahasiakannya.
Pikiran remaja sering dipengaruhi oleh ide-ide dan teori-teori yang menyebabkan sikapkritis terhadap situasi dan orang tua. Setiap pendapat orang tua dibandingkan dengan teori yang diikuti atau diharapkan. Sikap kritis ini juga ditunjukkan dalam hal-hal yang sudah umum baginya pada masa sebelumnya, sehingga tata cara, adat istiadat yang berlaku di lingkungan keluarga sering terjadi adanya pertentangan dengan sikap kritis yang tampak pada perilakunya.
Egosentrisme menyebabkan kekakuan para remaja dalam berpikir dan bertingkah laku. Persoalan yang timbul pada masa remaja adalah banyak berhubungan dengan pertumbuhan fisik yang dirasakan mencekam dirinya, karena menyangka orang lain berpikiran sama dan ikut tidak puas dengan penampilannya. Hal ini menimbulkan perasaan seolah-olah selalu diamati orang lain, perasaan malu dan membatasi gerak-geriknya. Akibat dari hal ini akan terlihat pada tingkah laku yang kaku. Melalui banyak pengalaman dan penghayatan kenyataan serta dalam menghadapi pendapat orang lain, maka egosentrisme makin berkurang. Pada akhir masa remaja, pengaruh egosentrisme sudah sedemikian kecilnya, sehingga remaja sudah dapat berpikir abstrak dengan mengikutsertakan pendapat dan pandangan orang lain.
Piaget memposisikan subjeksebagai pihak yang aktif dalam interaksi adaptif antara organisme atau terjadi hubungan dialektis antara organisme dan linkungannya. Apa yang dikatakan oleh Piaget ini kenyataannya memang benar, sebab ornisme tidak pernah terpisah dari lingkungannya dan juga tidak semacam penerima yang pasif. Interaksi antara organisme dengan lingkungannya lebih bersifat interaksi timbal balik.

Hanya dalam bentuk interaksinya juga,setiap perubahan tingkah laku adalah merupakan hasil dialektis pengaruh timbal balik antara organisme dan lingkungannya. Karena pandangan yang demikian itu, teori Piaget tenteng intelegensi atau kognitif disebut juga dengan teori interaksionis (interactionism theory)
Piaget memiliki pandangan dasar bahwa setiap organisme memiliki kecenderungan inheren untuk menyesuaikan diri dengan lingkungan. Inteligensi sebagai bentuk khusus dari penyesuaian organisme baru dapat diketahui berkat dua proses yang saling mengisi, yaitu yang disebut dengan istilah asimilasi dan akomodasi. Organisme sebagai sutu system dapat menyesuaikan diri dengan lingkungan karena kemampuan mengakomodasi unsur kognitifnya sedemikian rupa sehingga objek yang baru itu dapat ditangkap dan dipahami secara memadai. Asimilasi adalah suatu proses individu memasukkan dan menggabungkan pengalaman-pengalaman dengan stuktur psikologis yang telah ada pada diri individu.
Struktur psikologis dalam diri individu ini disebut dengan istilah skema yang berarti kerangka mental individu yang digunakan untuk menafsifkan segala sesuatu yang dilihat dan didengarnya. Skema mampu menyusun pengamatan-pengamatan dan tingkah laku sehingga terjadilah suatu rangkaian fisik dan mental untuk dapat memahami lingkungannya. Sangat boleh jadi dalam perkembangan selama kurun waktu tertentu berbagai pengalaman baru tidak sesuai lagi dengan struktur psikologis dalam diri individu dan tidak dapat diasimilasikan ke dalam skema-skema yang telah ada.
Oleh sebab itu, skema harus diubah, diperluas dan disesuaikan dengan fakta-fakta yang diperoleh melalui pengalaman-pengalaman baru. Proses penyesuaian skema dengan fakta-fakta yang diperoleh melalui pengalaman-pengalaman baru ini dikenal dengan istilah akomodasi. Dengan demikian, proses asimilasi dan akomodasi merupakan dua proses yang berlawanan. Jika dalam asimilasi proses yang terjadi adalah menyesuaikan pengalaman-pengalaman baru yang diperolehnya dengan struktur skema yang ada dalam diri individu, sedangkan akomodasi merupakan proses penyesuain skema dalam diri individu dengan fakta-fakta baru yang diperoleh melalui pengalaman dari lingkungannya.

3.      Karakteristik Perkembangan Intelek Remaja
Intelegensi pada masa remaja tidak mudah diukur, karena tidak mudah terlihat perubahan kecepatan perkembangan kemampuan tersebut. Pada umumnya umur tiga sampai empat tahun pertama menunjukkan perkembangan kemampuan yang hebat, selanjutnya akan terjadi perkembangan yang teratur. Pada masa remaja kemampuan untuk mengatasi masalah yang majemuk bertambah. Pada awal masa remaja, kira-kira pada umur 12 tahun, anak berada pada masa yang disebut masa operasi formal (berpikir abstrak). Pada masa ini remaja telah berpikir dengan mempertimbangkan hal yang “mungkin“ di samping hal yang “nyata” (Gleitman, 1986).Berpikir operasional-formal memiliki dua sifat yang penting, yaitu:
a)   Sifat deduktif – hipotesis. Dalam menyesuaikan suatu masalah,seorang remaja akan mengawalinya dengan pemikiran teoretik.Ia menganalisis masalah dan mengajukan cara-cara penyelesaian hipotesis yang mungkin.Pada dasarnya pengajuan hipotesis itu menggunakan cara berfikir induktif disamping deduktif. Oleh karena itu dari sifat analisis yang ia lakukan,ia dapat membuat suatu stategi penyelesaian.Analisis teoretik ini dapat dilakukan secara verbal.Anak lalu mengajukan pendapat-pendapat atau prediksi tertentu,yang juga disebut proporsi-proporsi, kemudian mencari hubungan antara proporsi yang berbeda-beda tadi.Berhubungan dengan itu maka berfikir operasional juga disebut Proposisional.
b)   Dalam menyelesaikan suatu masalah, seorang remaja akan mengawalinya dengan berpikir teoritik. Ia menganalisis masalah dan mengajukan cara penyelesaian hipotesis. Pada dasarnya pengajuan hipotesis itu menggunakan cara berpikir induktif di samping deduktif. Oleh sebab itu, sifat berpikir ini sebenarnya mencakup deduktif – induktif – hipotesis.
c)   Berpikir operasional juga berpikir kombinatoris. Sifat ini merupakan kelengkapan sifat yang pertama dan berhubungan dengan cara bagaimana melakukan analisis. Anak berpikir operasional formal terlebih dahulu secara teoritik membuat matrik mengenai macam-macam kombinasi yang mungkin, kemudian secara sistematik mencoba mengisi sel matriks tersebut secara empiric.

4.      Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Perkembangan Intelek
Dalam hubungannya dengan perkembangan intelegensi atau kemampuan berpikir remaja, ada yang berpandangan bahwa adalah suatu kekeliruan jika IQ dianggap bisa ditingkatkan, yang walaupun perkembangan IQ dipengaruhi antara lain oleh faktor-faktor lingkungan. Menurut Mappiare (1982), hal-hal yang mempengaruhi perkembangan intelek, antara lain bertambahnya informasi yang disimpan dalam otak seseorang sehingga mampu berpikir reflekstif, banyaknya pengalaman dan latihan-latihan memecahkan masalah, dan adanya perbedaan berpikir yang menimbulkan keberanian seseorang dalam menyusun hipotesis-hipotesis yang radikal, serta menunjang keberanian anak memecahkan masalah dan menarik kesimpulan yang baru dan benar.Mengenai konstan tidaknya intelegensi dalam waktu akhir-akhir ini masih merupakan diskusi yang terbuka.  Tiga kondisi tersebut sesuai dengan dasar-dasar teori Piaget mengenai perkembangan intelegensi, yakni:
Ø      Fungsi intelegensi termasuk proses adaptasi yang bersifat biologis.
Ø      Berkembangnya usia menyebabkan berkembangnya struktur intelegensi baru,sehingga pengaruh pula terhadap terjadinya perubahan kualitatif.
Seorang remaja dengan kemampuan berpikir normal tetapi hidup dalam lingkungan atau kebudayaan yang tidak merangsang cara berpikir, misalnya tidak adanya kesempatan untuk menambah pengetahuan, pergi ke sekolah tetapi tidak adanya pasilitas yang dibutuhka, maka remaja itu sampai dewasa pun tidak akan sampai pada taraf berpikir abstrak.
Wechsler berpendapat bahwa keseluruhan intelegensi seseorang tidak dapat diukur. IQ adalah suatu nilai yang hanya dapat ditentukan secara kira-kira karena selalu dapat terjadi perubahan-perubahan berdasarkan faktor-faktor individual dan situasional.
Dari hasil penelitian juga dapat dikemukakan bahwa intelegensi itu sama sekali tidak sekonstan yang diduga sebelumnya. Penelitian longitudinal selama 40 tahun dalam Institut Fels menurut McCall, dkk (1973) menunjukkan adanya pertambahan rata-rata IQ sebanyak 28 butir amtara usia 5 dan 17 tahun yang berarti kira-kira sama dengan usia pendidikan di sekolah atau dipekerjaan.Selanjutnya ditemukan bahwa perubahan-perubahan intra-individual dalam nilai IQ lebih merupakan hal yang umum (biasa) daripada pengecualian.
a)   Peranan pengalaman dari sekolah terhadap intelegensi
Penelitian yang dilakukan oleh Wellman (1945) berdasarkan 50 kasus studi, rata-rata tingkat IQ asal mereka adalah di atas 110. Mereka yang mengalami prasekolah sebelum sekolah dasar, menunjukkan perbedaan kemajuan atau grained dalam rata-rata IQ-nya lebih besar daripada mereka yang tidak mengalami prasekolah.
b)   Pengaruh lingkungan terhadap perkembangan intelegensi
Pengaruh belajar dalam arti lingkungan terhadap perkembangan intelegensi cukup besar seperti telah dibuktikan berbagai korelsi IQ yang juga menggambarkan bagaimana peranan belajar terhadap perkembangan inteligensi(Rocman Narawijaya dan M.Musa, 1992 : 45).

5.      Perbedaan Individu Dalam Kemampuan dan Perkembangan Intelek
Seperti kita ketahui,manusia itu berbeda satu sama lain dalam berbagai hal,juga tentang inteligensinya.Inteligensi itu sendiri oleh David Wechler(1958) di definisikan sebagai”Keseluruhan kemampuan individu untuk berfikir dan bertindak secara terarah dan mengelola juga menguasai lingkungan secara efectif”.
Secara hereditas, individu memiliki potensi yang dapat menyebabkan perbedaan dalam perkembangan berpikir mereka. Berkembang atau tidaknya potensi tersebut tergantung pada lingkungan. Ini berarti bahwa apakah anak akan mempunyai kemampuan berpikir normal, di atas normal atau di bawah normal sangat tergantung pada lingkungan.
Manusia memiliki perbedaan satu sama lain dalam berbagai aspek, antara lain dalam bakat, minat, kepribadian, keadaan jasmani, keadaan sosial dan juga inteligensinya. Perbedaan itu akan tampak jika diamati dalam proses belajar mengajar di dalam kelas. Ada peserta didik yang cepat, ada yang lambat dan ada pula yang sedang dalam penguasaan materi pelajaran. Ada siswa yang tingkah lakunya baik dan ada pula siswa yang kurang baik.
Perbedaan individu dalam perkembangan intelek menunjuk kepada perbedaan dalam kemampuan dan kecepatan belajar. Perbedaan-perbedaan individual peserta didik akan tercermin pada sifat-sifat atau ciri-ciri mereka dalam kemampuan, keterampilan, sikap dan kebiasaan belajar, serta kualitas proses dan hasil belajar baik dari segi ranah kognitif, afektif dan psikomotor.
Tingkat Inteligensi dengan berbagai  variasi:
a.       Jenius
Merupakan suatu kemampuan yang sangat luar biasa, dalam ukuran atau tingkatan di atas 140. kemampuan ini bisa dimiliki oleh siapa saja yang mau berusaha untuk meningkatkan kecerdasan dan memamfaatkan potensi dasarnya dengan baik.
b.      Normal
Merupakan sutau kemampuan yang biasa saja, tetapi kecerdasan ini mampu untuk melakukan semua aktivitas yang dibutuhkan dan diinginkan dirinya. Mempunyai tingkat ukuran yang rata-rata 100 sampai dengan 110. kecerdasan ini bisa pada anak yang cerdas atau disebut kecerdasan yang rata-rata.
c.       Rendah
Kemampuan ini dibawah rata-rata, bukan berarti kemampuan ini tidak dapat menyelesaikan kebutuhan dan keinginan atas dirinya, hanya saja mengalami keterhambatan dalam melaksanakan tugas-tugas untuk dirinya maupun orang lain, tingkat ukuran diantara 70 sampai 90. Pada umumnya ia mampu melaksanakan berbagai tugas hanya lambat dan cepat lelah serta jenuh.
d.      Keterbelakangan
Anak yang mempunyai kemampuan yang sangat rendah dan sangat sulit untuk melakukan tugas atas dirinya, setiap tugas memerlukan bantuan orang lain, dengan bantuan akan memberikan kemampuan meningkat.

Di antara keterbelakangan ada yang disebut dengan:
a.       Idiot IQ : 0-29 : keterbelakangan yang sangat rendah sekali. Tidak dapat berbicara hanya dapat mengucapkan beberapa kata saja, tidak dapat mengurus dirinya seperti ; mandi, makan dan rata-rata kemampuan ini berada di tempat tidur, kemapuannya seperti anak bayi. Kemapuan ini tidak tahan terhadap penyakit.
b.      Imbecile IQ : 30-40 lebih meningkat dari idiot, jika dilatih dalam berbahasa ia mampu, tetapi sangat sukar sekali, dalam berbahasa kadang dapat dimengerti dan kadang idak dapat. Dapat mengurus dirinya dengan latihan dan pengawasan yang benar. Biasanya anak yang umur 7 tahun kemampuan kecerdasannya sama dengan anak yang berumur 3 tahun.
Kemampuan seseorang anak akan terlihat saat anak melakukan aktivitas. Kegiatan atau aktivitas yang dilakukan akan menunjukkan bahwa anak memang mampu dalam bidang tertentu dan tidak mampu pada bidang yang lain, sehingga anak dalam perkembangan intelegensinya disesuaikan dengan kemampuan dasar yang dimiliki anak dan bagaimana lingkungan yang mempengaruhi intelegensinya.

6.      Usaha-Usaha Dalam Membantu Mengembangkan Intelek
Ikhtiar pendidikan, khususnya melalui proses pembelajaran, guru mengembangkan kemampuan intelektual peserta didik adalah kesadaran pendidik terhadap kemampuan intelektual setiap peserta didik harus dipupuk dan dikembangkan agar potensi yang dimiliki setiap individu terwujud sesuai dengan perbedaan masing-masing. Menurut Conny Semiawan (1984), penciptaan kondisi lingkungan yang kondusif bagi pengembangan kemampuan intelektual anak yang di dalamnya menyangkut keamanan psikologis dan kebebasan psikologis merupakan faktor yang sangat penting.
Kondisi psikologis yang perlu diciptakan agar peserta didik merasa aman secara psikologis sehingga mampu mengembangkan kemampuan intelektualnya adalah sebagai berikut :
1)      Pendidik menerima peserta didik secara positif sebagaimana adanya tanpa syarat (unconditional positive regard). Artinya, apapun keberadaan peserta didik dengan segala kekuatan dan kelemahannya harus diterima dengan baik, serta memberi kepercayaan padanya bahwa pada dasarnya setiap peserta didik memiliki kemampuan intelektual yang dikembangkan secara maksimal.
2)      Pendidik menciptakan suasana dimana peserta didik tidak merasa terlalu dinilai oleh orang lain. Memberi penilaian terhadap peserta didik dengan berlebihan dapat dirasakan sebagai ancaman sehingga menimbulkan kebutuhan pertahanan diri. Memang kenyataannya, pemberian penilaian tidak dapat dihindarkan dalam situasi sekolah, tetapi paling tidak harus diupayakan agar penilaian tidak mencemaskan peserta didik, melainkan menjadi sarana yang dapat mengembangkan sikap kompetitif secara sehat.
3)      Pendidik memberikan pengertian dalam arti dapat memahami pemikiran, perasaan dan perilaku peserta didik, dapat menempatkan diri dalam situasi peserta didik, serta melihat sesuatu dari sudut pandang mereka (empathy). Dalam suasana seperti ini, peserta didik akan merasa aman untuk mengembangkan dan mengemukakan pemikiran atau ide-idenya.
4)      Menerima remaja secara positif sebagaimana adanya tanpa syarat (unconditional positive regard). Artinya, apapun adanya remaja itu dengan segala kekuatan dan kelemahannya harus diterima dengan baik, serta memberi kepercayaan bahwa pada dasarnya setiap remaja memiliki kemampuan intelektual yang dapat dikembangkan secara maksimal.
5)      Memahami pemikiran, perasaan dan perilaku remaja, menempatkan diri dalam situasi remaja, serta melihat sesuatu dari sudut pandang mereka (empathy). Dalam suasana seperti ini remaja akan merasa aman untuk mengembangkan dan mengemukakan pemikiran atau ide-idenya.
6)      Memberikan suasanan psikologis yang aman bagi remaja untuk mengemukakan pikiran-pikirannya sehingga terbiasa berani mengembangkan pemikirannya sendiri.
Disini berusaha menciptakan keterbukaan (opennes), kehangatan (warmness), dan kekonkretan(concereteness).Anak atau remaja akan merasakan kebebasan psikologis jika orangtua dan guru memberi kesempatan kepadanya untuk mengungkapkan pikiran atau perasaannya. Sebagai makhluk sosial, mengungkapkan pikiran dan perasaan dalam tindakan yang merugikan orang lain atau merugikan lingkungan tidaklah dibenarkan. Hidup dalam masyarakat menuntut untuk mengikuti aturan-aturan dan norma-norma yang berlaku.
Teori Piaget mengenai pertumbuhan kognitif sangat erat dan penting hubungannya dengan umur serta perkembangan moral. Konsep tersebut menunjukkan bahwa aktivitas adalah sebagai unsur pokok dalam pertumbuhan kognitif. Pengalaman belajar yang aktif cenderung untuk memajukan pertumbuhan kognitif, sedangkan pengalaman belajar yang pasif dan hanya menikmati pengalaman orang lain saja akan mempunyai konsekuensi yang minimal terhadap pertumbuhan kognitif termasuk perkembangan intelektual.
Penting bagi pendidik untuk mengetahui isi dan ciri-ciri dari setiap tahap perkembangan kognitif peserta didiknya sehingga dapat mengambil keputusan tindak edukatif yang tepat. Dengan demikian, dapat dihasilkan peserta didik yang memahami pengalaman belajar yang diterimanya. Menyesuaikan sistem pengajaran dengan kebutuhan peserta didik merupakan jalan untuk meninggalkan prinsip lama, yaitu guru tinggal menunggu sampai peserta didik siap sendiri, kemudian baru diberi pelajaran. Sekarang tidak demikian keadaannya.
Model pendidikan yang aktif adalah model yang tidak menunggu sampai peserta didik siap sendiri, tetapi sekolahlah yang mengajar lingkungan belajar sedemikian rupa sehingga dapat memberi kemungkinan maksimal pada peserta didik untuk berinteraksi. Dengan lingkungan yang penuh rangsangan untuk belajar tersebut, proses pembelajaran yang aktif akan terjadi sehingga mampu membawa peserta didik untuk maju ke taraf / tahap berikutnya.

(Mohon cantumkan alamat website ini sebagai sumber apabila anda tertarik menggunakan tulisan ini)

B. Pertumbuhan Fisik



1.      Tanda-Tanda Kedewasaan / Kematangan
Pembagian masa dewasa
a.       Masa dewasa dini 
Masa dewasa dini dimulai pada umur 18sampai kira-kira umur 40 tahun, saat perubahan-perubahan fisik dan fsikologis yang menyertai berkurangnya kemampan reproduktif.

b.      Masa dewasa madya 
masa dewasa madya dimulai pada umur40 tahun sampai pada umur 60 tahun, yakni saat baik menurunnya kemampuan fisik dan psikologis yang jelas nampak pada setiap orang 

c.       Masa dewasa lanjut (usia lanjut)
Masa dewasa lanjut-senescence, atau usia lanjut dimulai pada umur 60 tahun sampai  kematian. pada waktu ini baik kemampuan fisik maupun psikologis cepat menurun, tetapi teknik pengobatan modern, serta upaya dalam hal berpakaian dan dandanan, memungkinkan pria dan wanita berpenampilan , bertindak, dan berperasaan seperti kala mereka massih lebih muda. 

Ciri-ciri Masa Dewasa Dini 
Masa dewasa dini merupakan periode penyesuaian diri terhadap pola-pola kehidupan baru dan harapan-harapan sosial baru. Oranga dewasa muda di harapkan memainkan peran baru, seperti peran suami/istri, orang tua, dan pencari nafkah, dan mengembangkan sikap-sikap baru, keinginan-keinginan dan nilai-nilai baru sesuai dengan tugas-tugas baru ini.
Dibawah ini di uraikan secara ringkas ciri-ciri yang menonjol dalam tahun-tahun masa dewasa dini. Dari uraian ini dapat di maklumi  mengapa penyesuaian diri dalam masa dewasa dini biasanya menemui banyak kesulitan dan mengapa banyak anak muda dalam kategori ini merasakan tahun-tahun awal masa dewasa sedemikian sulit, sehingga mereka mencoba memperpanjang ketergantungan mereka dengan  mempertahankan siswa atau mahasiswa, lama sesudah teman  seusia mereka telah berusaha untuk mengakhiri ketergantungan mereka pada orang tua dan berusaha untuk tidak tergantung pada orang lain.

a.       Masa dewasa dini sebagai"masa pengaturan"
Telah di katakan bahwa masa anak-anak dan masa remaja merupakan periode "pertumbuhan" dan masa dewasa merupakan masa "pengaturan" (settle down).pada generasi-generasi terdahulu berada pandangan bahwa jika anak laki-laki dan wanita mencapai usia dewasa secara sah, hari-hari kebebasan mereka telah berahir dan saatnya telah  tiba untuk menerima tanggung jawab sebagai  orang dewasa. Ini berarti bahwa pria muda mulai membentuk bidang pekerjaan yang akan ditanganinya sebagai kariernya, sedangkan wanita muda diharapkaan mulai menerima tanggungjawab sebagai ibu dan pengurus rumah tangga. 

b.      Masa dewasa dini sebagai "usia reproduktif" 
Jika wanita ingin berkarir sesudah menikah, ia akan menunda untuk mempunyai anak sampai usia tiga puluhan. Dengan demikian,baginya hanyalah dasawarsa terakhir dari masa dewasa dini merupakan"uusia reproduktif". Bagi orang yang cepat mempunyai anak dan mempunyai keluarga besar padaawal masa dewasa atau bahkan pada tahun-tahun terakhir  masa remaja kemungkinan seluruh masadewasa dini merupakan masa reproduksi.

c.       Masa dewasa dini sebagai "masa bermasalah" 
Dalam tahun-tahun awal masa dewasa banyak masalah baru yang harus dihadapi seseorang. Masalah-masalah baru ini dari segi utamanya berbeda dari masalah-masalah yang sudah di alami sebelumnya.

d.      Masa dewasa dini sebagai "masa kettegangan emosional" 
Apabila orang berada di suatu wilayah baru ia akan berusaha untuk memahami letak tanah  itu dan mungkin sekaali ia agak bingung dan mengalami keresahahn emosional. Tidak dapat di sangsikan, hal inilah yang untuk  sebagian mendasari huru-hara mahasiswa pada tahun enam puluhan. Sebagai manusia dalam kelompok usia hampir dewasa atau baru saja dewasa, pada umumnya mereka masih sekolah dan diambang memasuki dunia pekerjaan orang  dewasa. 

e.       masa dewasa dini sebagai "masa keterasingan sosial"
dengan berakhirnya pendidikan formal dan terjunnya seseorang ke dalam pola kehidupan orang  dewasa, yaitu karir, perkawinan dan rumah tangga, hubungan dengan teman-teman kelompok sebaya masa remaja menjadi renggang, dan berbarengan dengan itu keterlibatan dalam kegiatan kelompok di luar rumah akan terus berkurang.

2.      Perubahan-Perubahan Fisik Pada Masa Remaja
Perubahan yang paling dirasakan oleh remaja pertama kali adalah perubahan fisik. Terjadi pubertas yaitu proses perubahan yang bertahap dalam internal dan eksternal tubuh anak-anak menjadi dewasa. Perubahan hormon termasuk hormon seksual membuat remaja menjadi tidak nyaman dengan dirinya dan juga sekaligus jadi sering terlalu fokus pada kondisi fisiknya.
Misalnya : remaja jadi sering berkaca hanya untuk melihat jerawat atau poninya, jadi terlalu resah dengan bentuk tubuhnya, dan sebagainya.
Pada masa remaja ditandai dengan adanya pertumbuhan fisik yang cepat. Keadaan fisik pada masa remaja dipandang sebagai suatu hal yang penting, namun ketika keadaan fisik tidak sesuai dengan harapannya (ketidaksesuaian antara body image dengan self picture) dapat menimbulkan rasa tidak puas dan kurang percaya diri. Begitu juga, perkembangan fisik yang tidak proporsional. Kematangan organ reproduksi pada masa remaja membutuhkan upaya pemuasan dan jika tidak terbimbing oleh norma-norma dapat menjurus pada penyimpangan perilaku seksual.
Perkembangan atau pertumbuhan anggota-anggota badan remaja, sebagaimana dikemukakan oleh Monks dkk. (1994), kadang-kadang lebih cepat daripada perkembangan badan. Oleh karena itu, untuk sementara waktu, seorang remaja mempunyai proporsi tubuh yang tidak seimbang. Hal ini akan menimbulkan kegusaran batin yang mendalam karena pada masa remaja ini, perhatian remaja sangat besar terhadap penampilan dirinya. Jadi remaja sendiri merupakan salah satu penilai yang penting terhadap badannya sendiri sebagai stimulus sosial. Bila sang remaja mengerti badannya telah memenuhi persyaratan, sebagaimana yang diharapkan oleh lingkungan sosialnya, maka hal ini akan berakibat positif terhadap penilaian diri.Secara umum perubahan-perubahan fisik remaja sebagai berikut :

Perempuan
  • Pertumbuhan payudara (3 - 8 tahun)
  • Pertumbuhan rambut pubis/kemaluan (8 -14 tahun)
  • Pertumbuhan badan (9,5 - 14,5 tahun)
  • Menarche/menstruasi (10 – 16 tahun, kadang 7 thn)
  • Pertumbuhan bulu ketiak (2 tahun setelah rambut pubis)
  • Kelenjar menghasilkan minyak dan keringat (sama dengan tumbuhnya bulu ketiak)
Laki-laki
  • Pertumbuhan testis (10 – 13,5 tahun)
  • Pertumbuhan rambut pubis/kemaluan (10 – 15 tahun)
  • Pembesaran badan (10,5 – 16 tahun)
  • Pembesaran penis (11 – 14,5 tahun)
  • Perubahan suara karena pertumbuhan pita suara (Sama dengan pembesaran penis)
  • Tumbuhnya rambut di wajah dan ketiak (2 tahun setelah rambut pubis)
  • Kelenjar menghasilkan minyak dan keringat (Sama dengan tumbuhnya bulu ketiak)
Sebagian besar remaja tidak dapat menerima keadaan fisiknya. Hal tersebut terlihat dari penampilan remaja yang cenderung meniru penampilan orang lain atau tokoh tertentu. Misalnya si Ani merasa kulitnya tidak putih seperti bintang film, maka Ani akan berusaha sekuat tenaga untuk memutihkan kulitnya. Perilaku Ani yang demikian tentu menimbulkan masalah bagi dirinya sendiri dan orang lain. Mungkin Ani akan selalu menolak bila diajak ke pesta oleh temannya sehingga lama-kelamaan Ani tidak memiliki teman, dan sebagainya.

3.      Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Pertumbuhan
Banyak faktor yang mempengaruhi pertumbuhan pada remaja antara lain etnis, social, psikologis, nutrisi, fisik dan penyakit kronis.
a)      Faktor Keluarga, faktor keluaga ini meliputi faktor keturunan dan faktor lingkungan. Karena faktor keturunan, seorang anak dapat lebih tinggi atau panjang dari pada anak lain nya sehingga ia lebih berat tubuhnya, jika ayah dan ibu atau kakeknya tinggi dan panjang. Faktor lingkungan akanmembantu menentukan tercapai tidaknya perwujudan potensi keturunan yang di bawa anak tersebut. Pada setiap usia, lingkungan lebih banyak pengaruhnya terhadap berat tubuh daripada terhadap tinggi tubuh
b)      Faktor Gizi, Anak-anak yang memperoleh gizi cukup biasanya akan lebih tinggi tubuhnya dan sedikit lebih cepat mencapai taraf remaja dibandingkan dengan mereka yang kurang memperoleh gizi. Lingkungan juga dapat memberikan pengaruh pada remaja sedemikian rupa sehingga menghambat atau mempercepat potensi untuk pertumbuhan di masa remaja
c)      Faktor emosional, Anak-anak yang selalu mengalami gangguan emosional akan menyebabkan terbentunya steroid adrenal yang berlebihan, dan ini akan membawa akibat berkurangnya pembentukan hormon pertumbuhan di kelenjar PITUITARI. Bila terjadi hal demikian, pertumbuhan awal remaja akn terhambat dan tidak tercapainya berat tubuh yang seharusnya
d)      Faktor Jenis Kelamin, Anak laki-laki cenderung lebih tinggi dan lebih berat dari pada anak perempuan. Kecuali pada usia 12 dan 15 tahun. Anak perempuan biasanya akan sedikit lebih tinggi dan lebih berat dari pada anak laki-laki. Terjadinya perbedaan berat dan tinggi tubuh ini karena bentuk tulang dan otot pada anak laki-laki memang berbeda dari anak perempuan
e)      Faktor Status sosial Ekonomi, Anak-anak yang berasal dari keluarga yang status sosial ekonomi rendah, cenderung lebih kecil dari pada anak yang berasal dari keluarga yang status sosial ekonominya tinggi
f)        Faktor Kesehatan, Anak-anak yang sehat dan jarang sakit, biasanya akan memiliki tubuh yang lebih berat dari pada anak yang sering sakit
g)      Faktor Pengaruh Bentuk Tubuh, bangun/bentuk tubuh, apakah mesomort, ektomorf, atau endomorf, akan mempengaruhi besar kecilnya tubuh anak. Misalnya anak yang bangun tubuhnya mesomorf akan lebih besar dari pada yang bangun tubuhnya endomorf atau anak yang ektomorf, karena mereka memang lebih gemuk dan berat

(Mohon cantumkan alamat website ini sebagai sumber apabila anda tertarik menggunakan tulisan ini)

A. Remaja, Pertumbuhan dan Perkembangan

1.      Pengertian Pertumbuhan dan Perkembangan
Ada beberapa pendapat yang berbeda untuk memberi arti istilah “pertumbuhan” dan “perkembangan”. Pengertian “pertumbuhan” dan “perkembangan” yang akan disajikan dalam bab kedua ini digunakan secara umum untuk seluruh isi buku.
Dalam kehidupan anak ada dua proses yang beroperasi secara kontinu, yaitu pertumbuhan dan perkembangan. Kedua proses ini berlangsung secara interdependensi, artinya saling bergantung satu sama lain. Kedua proses ini tidak dapat dipisahkan dalam bentuk-bentuk yang secara pilah berdiri sendiri-sendiri, akan tetapi bisa dibedakan untuk maksud lebih memperjelas penggunaannya.

a.       Pertumbuhan
Pertumbuhan berkaitan dengan perubahan kuantitatif yang menyangkut peningkatan ukuran dan struktur biologis. Pertumbuhan dapat juga diartikan sebagai proses transmisi dari konstitusi fisik (keadaan tubuh atau keadaan jasmaniah) yang herediter dalam bentuk proses aktif secara berkesinambungan.selain dua pengertian tersebut, pertumbuhan juga dapat diartikan sebagai perubahan kuantitatif pada material sesuatuakibat dari adanya pengaruh lingkungan dari tidak ada menjadi ada, dari sedikit menjadi banyak, dan sebagainya. Ini tidak berarti bahwa pertumbuhan itu hanya berlaku pada hal-hal yang bersifat kuantitatif, karena tidak semua material bersifat kuantitatif.
Hasil pertumbuhan antara lain berwujud bertambahnya ukuran-ukuran kuantitatif badan anak, seperti panjang, berat, dan kekuatannya. Begitu pula pertumbuhan mencangkup perubahan yang semakin sempurna dalam sistem jaringan saraf dan perubahan-perubahan struktur jasmani lainnya. Maka dengan demikian, pertumbuhan dapat juga diartikan sebagai proses perubahan dan proses pematangan fisik.
Pertumbuhan jasmani berakar pada organisme yang selalu berproses untuk menjadi (the process of coming into being). Pertumbuhan jasmani ini dapat diteliti dengan mengukur berat, panjang, dan ukuran lingkarannya, misalkan ukuran lingkar kepala, lingkar dada, lingkar pinggul, lingkar lengan, dan lain-lain. Dalam pertumbuhannya, setiap bagian tubuh mempunyai perbedaan tempo kecepatan. Misalnya, pertumbuhan alat kelamin berlangsung paling lambat pada masa kanak-kanak, tetapi mengalamin menngalami percepatan pada masa pubertas. Sebaliknya pertumbuhan susunan saraf pusat berlangsung cepat pada masa kanak-kanak dan mengalami perlambatan pada masa akhir kanak-kanak, dan relative berhenti pada masa pubertas.
Perbedaan kecepatan tumbuh masing-masing bagian tubuh mengakibatkan adanya perbedaan dalam keseluruhan proporsi tubuh dan juga menimbulkan perbedaan dalam fungsinya. Ada beberapa faktor yang mempengaruhi pertumbuhan yang kurang normal pada organisme, yakni:
Pertama,faktor-faktor yang terjadi sebelum proses kelahiran. Misalnya, peristiwa kekurangan nutrisi pada ibu dan janin terkena virus , keracuan sewaktu dalam kandungan. Atau terkena penyakit seperti TBC, kolera, tifus, dan lain-lain.
Kedua, faktor ketika lahir atau pada saat proses kelahira. Faktor ini antara lain adalah intracranial haemorage atau pendarahan pada bagian kepala bayi yang disebabkan oleh terkena dari dinding rahim ibu sewaktu bayi dilahirkan dan oleh efek susunan saraf pusat, karena proses kelahiran bayi dilakukan dengan bantuan tang (tangver-lossing).
Ketiga, faktor yang dialami bayi setelah proses kelahiran, antara lain karena oengalaman traumatik pada bagian kepala, kepala bagian dalam terluka karena kepala bayi (janin) terpukul atau mengalami serangan sinar matahari (zonnestiek) atau infeksi pada otak atau selaput otak. Semua penyebab tersebut mengakibatkan pertumbuhan bayi dan anak sangat terganggu.
Keempat, faktor psikologis antara lain karena bayi ditinggalkan ibu, ayah, atau kedua orang tuanya. Sebab lain yaitu anak-anak dititipkan pada suatu lembaga, seperti rumah sakit atau     rumah yatim. Anak-anak tersebut mengalami kehampaan psikis (innanitie psikis), sehingga mengakibatkan kelambatan pertumbuhan pada semua fungsi jasmaniah. Pertumbuhan fisik memang mempengaruhi perkembangan psikologis, deminkian juga sebaliknya factor psikologis dapat mempengaruhi pertumbuhan fisik.

b.      Perkembangan
Secara umum konsep perkembangan dikemukakan oleh Werner (1957) sebagai berikut:”Perkembangan sejalan dengan prinsip orthogenesis, bahwa perkembangan berlangsung dari keadaan global dan kurang berdiferensiasi sampai ke keadaan dimana diferensiasi, artikulasi, dan integrasi meningkat secara bertahap,” proses diferensiasi itu diartikan sebagai prinsip totalitas pada diri seorang anak.
Sejak bayi dilahirkan, ia telah mempunyai “gambaran total atau gambaran lengkap” tentang dunia ini, hanya saja gambaran tersebut masih kabur dan samar-samar. Terbawa oleh perkembangannya, gambaran total yang samar-samar berangsur-angsur menjadi terang dan bagian-bagiannya bertambah nyata, jelaas dan strukturnya semakin lengkap.
Dalam hubungannya dengan konsep perkembangan orthogenetic yang dikemukakan oleh Werner,maka perubahan-perubahan ke arah terorganisasi dan terintegrasi suatu aspek menunjukkan adanya kontinuitas.
Pada anak pra sekolah dan taman kanak-kanak tampak adanyadiskontinuitas, sedangkan pada kelompok umur yang lebih tinggi sampai dengan mahasiswa menunjukkan kontinuitas.
Menurut Nagel (1957), perkembangan merupakan pengertian dimana terdapat struktur yang terorganisasikan dan mempunyai fungsi-fungsi tertentu, oleh karena itu bilamana terjadi  perubahan struktur baik dalam organisasi maupun dalam bentuk, akan mengakibatkan perubahan fungsi.
Menurut Schneirla (1957), perkembangan adalah perubahan-perubahan progresif dalam organisasi organisme, dan organisme ini melihat sebagai sistem fungsional dan adaptif sepanjang hidupnya. Perubahan-perubahan progresif ini meliputi dua faktor yaitu kematangan dan pengalaman.  
Spiker (1966) mengemukakan dua macam pengertian yang dihubungkan dengan perkembangan,yakni:
1.      Ortogenetik, yang berhubungan dengan perkembangan sejak terbentuknya individu yang baru dan seterusnya sampai dewasa.
2.      Filogenetik, yaitu perkembangan dari asal-usul manusia sampai sekarang ini. Perkembangan perubahan fungsi sepanjang masa hidupnya menyebabkan perubahan tingkah laku, dan perubahan ini juga terjadi sejak permulaan adanya manusia.
Bijou dan Baer (1961) mengemukakan perkembangan psikologis adalah perkembangan progresif yang menunjukkan cara organisme bertingkah laku dan dengan lingkungan. Rumusan lain tentang arti perkembangan dikemukakan oleh Libert, Paulus, dan Strauss (Singgih, 1990:31), yaitu bahwa:”perkembangan adalah proses perubahan dalam pertumbuhan pada suatu waktu sebagai fungsi kematangan dan interaksi dengan lingkungan”.
Perkembangan dapat juga dilukiskan sebagai suatu proses yang kekal dan tetap yang menuju ke arah suatu organisasi pada tingkat integrasi yang lebih tinggi, berdasarkan proses pertumbuhan, kematangan, dan  belajar (Monk,1984:2).
Perubahan-perubahan meliputi beberapa aspek, baik fisik maupun psikis. Perubahan tersebut dapat dibagi menjadi 4 kategori utama, yaitu :

1)      Perubahan dalam ukuran
Perubahan dapatberbentuk pertambahan ukuran panjang atau tinggi maupun berat badan. Berat badan dan panjang badan saat baru dilahirkan akan terus berubah seiring dengan bertambahnya umur diikkuti dengan oleh organ-organ tubuh lain yang mengalami perubahan ukuran, antara lain perubahan volume otak yang membawa akibat terjadinya perubahan kemampuan.
Kemampuan mengenal objek-objek dilingkungannya bertambah sedikit demi sedikit. Semua perubaha tersebut menunjukkan adanya perbedaan kuantitatif yang bisa diukur.

2)      Perubahan dalam perbandingan
Dilihat dari sudut fisik terjadi perubahan proporsional antara kepala, anggota badan, dan anggota gerak. Sampai pada umur tertentu perbandingan akan menetap, yakni pada usia akhir belasann tahun.
Perubahan secara proporsional juga terjadi pada perkembangan mental. Perbandingan antara yang tidak riil, yang khayal dann hal-hal yang rasional semakin lama semakin besar. Dalam perkembang social mereka juga sedikit demi sedikit berubah.

3)      Berubah untuk mengganti hal-hal yang lama
Hal-hal yang terjadi pada masa bayi dan anak-anak akan berubah seiring dengan bertambahnya usia dan kemampuan yang dimiliki dari diri sang anak. Seperti pada saat bayi terdapat kelenjar buntu yang disebut kelenjar thymus pada daerah dada yang sedikit demi sedikit akan mengalami atrophy (penyusutan) dan menghilang setelah dewasa.

4)      Berubah untuk memperoleh hal-hal yang baru
Banyak hal yang baru yang diperoleh selama perkembangan sesuai dengan keadaan dan tingkatan/tahapan perkembangannya . ketika dilahirkan, bayi belum mempunyai gigi dan beberapa waktu kemudian gigi tersebut akan tumbuh. Dengan demikian, bayi memperoleh atau menambah sesuatu yang baru yang sebelumnya belum ada atau belum dumiliki. Begitu pula seterusnya hingga bayi tersebut tumbuh dewasa.
Selama perkembangannya  manusia masih tetap menerima dan memperoleh hal-hal yang baru, terutama yang berhubungan dengan kehidupan psikis. Proses perkembangan untuk memperoleh hal-hal baru tersebut, sebagian besar dan untuk waktu yang relative lama adalah mengenai kegiatan yang berhubungan dengan kebutuhan mental. Kehidupan psikis anak merupakan kegiatan yang maju dan terus meningkat.

2.      Tugas-Tugas Perkembangan
Perkembangan merupakan suatu proses yang menggambarkan perilaku kehidupan sosial psikologi manusia pada posisi yang harmonis di dalam lingkungan masyarakat yang lebih luas dan kompleks. Oleh Havrighurst perkembangan tersebut dinyatakan sebagai tugas yang harus dipelajari, dijalani, dan dikuasai oleh setiap individu dalam perjalanan hidupnya, atau dengan kata lain perjalanan hidup manusia ditandai dengan berbagai tugas perkembangan yang harus ditempuh. 
Tugas perkembangan pada masa remaja dipusatkan pada upaya untuk menanggulangi sikap dan pola perilaku kekanak-kanakan.
Tugas-tugas perkembangan tersebut oleh Havrighurst dikaitkan dengan fungsi belajar, karena pada hakikatnya perkembangan kehidupan manusia dipandang sebagai upaya mempelajari norma kehidupan dan budaya masyarakat agar ia (mereka) mampu melakukan penyesuaian diri dengan baik di dalam lingkungan nyata.
Jenis tugas perkembangan remaja pada dasarnya mencangkup segala persiapan diri untuk memasuki jenjang dewasa, yang intinya bertolak dari tugas perkembangan fisik dan tugas perkembangan sosio-psikologis. Havrigurst (Garrison, 1956:14-15) mengemukakan 10 jenis tugas perkembangan remaja, yaitu:
1.      Mencapai hubungan dengan teman lawan jenisnya secara lebih memuaskan dan matang;
2.      Mencapai perasaan seks dewasa yang diterima secara sosial;
3.      Menerima keadaan psikisnya dan menggunakannya secara efektif;
4.      Mencapai kebebasan emosional dari orang tuanya dan juga orang-orang dewasa lainnya;
5.      Memperoleh kepastian dalam hal kebebasan pengaturan ekonomi sekurangnya untuk dirinya sendiri;
6.      Memilih dan menyiapkan suatu pekerjaan;
7.      Menyiapkan perkawinan dan kehidupan berkeluarga;
8.      Mengembangkan keterampilan dan konsep intelektual yang perlu bagi warga negara yang kompeten;
9.      Menginginkan dan mencapai tingkah laku yang bertanggung jawab secara sosial;dan
10.  Menggapai suatu perangkat nilai yang digunakan sebagai pedoman tingkah laku. 
Tugas-tugas tersebut pada dasarnya (praktis) tidak dapat dipisahkan secara pilah, karena remaja itu adalah pribadi yang utuh. Dilihat dari perkembangan kehidupan secara menyeluruh, pertumbuhan dan perkembangan di masa remaja relatif singkat, namun demikian banyak hal yang harus diselesaikan selama masa p;erkembangan remaja yang singkat ini.

3.      Hukum-Hukum Pertumbuhan dan Perkembangan
Bagi setiap makhluk hidup, sejak kelahirannya dan dalam menjalani kehidupan seterusnya terdapat dasar-dasar dan pola-pola kehidupan yang berlaku umum sesuai denga jenisnya. Pola-pola ini mempunyai arti yang universal yang berlaku dimana-mana. Pola kehidupan yang dimaksudkan bisa  dipergunakan sebagai patokan untuk mengenal ciri perkembangan anak-anak di manapun.
Namun lingkungan dan latar belakang kebudayaan di masing-masing bangsa mempengaruhi pola pertumbuhan dan perkembangan   bangsa itu, dan dengan demikian akan terjadi atau terbentuk karakteristik yang berbeda.
Berdasarkan  persamaan dan perbedaan tersebut dapat diperoleh kecenderungan-kecenderungan umum dalam pertumbuhan dan perkembangan, yang selanjutnya dinamakan hukum-hukum pertumbuhan dan perkembangan.
Pengertian “Hukum”, dalam ilmu jiwa perkembangan tidaklah sama dengan yang biasa dikenal dalam dunia perundang-undangan  peradilan. Adapun yang dimaksud hukum perkembangan adalah kaidah fundamental tentang realitas kehidupan anak-anak (manusia) yang disepakati kebenarannya berdasarkan hasil pemikiran dan penelitian yang seksama.  

Adapun macam-macam hukum perkembangan, yaitu :
a.       Hukum Cephalocoudal
Hukum ini berlaku pada pertumbuhan fisik yang menyatakan bahwa pertumbuhan fisik dimulai dari kepala ke arah kaki. Bagian-bagian pada kepala tumbuh lebih dahulu dibandingkan dengan bagian-bagian lainnya. Hal ini sudah terlihat pada pertumbuhan prenatal, yaitu pada janin, neonatal, maupun anak-anak, proporsi  bagian kepala dengan rangka batang tubuhnya mula-mula kecil dan makin lama perbandingan ini semakin besar.
b.      Hukum Proximodistal
Hukum Proximodistal adalah hukum yang berlaku pada pertumbuhan fisik, dan menurut hukum ini pertumbuhan fisik berpusat pada sumbu dan mengarah ke tepi. Ditinjau dari sudut biologis, sudut anatomis, dan sudut ilmu faal masih banyak lagi ketentuan yang berhubungan dengan pertumbuhan, struktur dan fungsi, serta kefaalan anggota tubuh. Misalnya dalam hal kematangan, annggota-anggota tubuh akan tumbuh, berkembang dan berfungsi yang tidak sama antara satu dengan lainnya.
c.       Perkembangan Terjadi dari Umum ke Khusus
Pada setiap aspek  terjadi proses perkembangan yang dimulai dari hal-hal yang umum, kemudian secara sedikit demi sedikit meningkat ke hal-hal yang khusus. Dari sudut perkembangan kemampuan juga terlihat penghalusan dari hal-hal yang tadinya umum ke khusus. Dan begitu pula jika dilihat dari segi perkembangan emosinya juga terjadi dari hal-hal yang sama.
Seorang anak akan menangis bila mengalami hal-hal yang tidak enak, menyakitkan, menyedihkan, atau menjengkelkan dengan reaksi yang sama. Namun sedikit demi sedikit akan membedakan rangsangan tertentu dengan reaksi yang berlainan, ia bisa memperlihatkan reaksi kemarahan terlebih dahulu, sebelum ia bisa memperlihatkan emosi cemburu atau iri hati.  
d.      Perkembangan Berlangsung dalam Tahpan-Tahapan Perkembangan
Dalam perkembangan terjadi penahapan yang terbagi-bagi ke dalam masa0masa perkembangan. Pada satiap perkembangan terdapat ciri-ciri perkembangan yang berbeda antara ciri-ciri yang ada pada suatu masa perkembangan dengan ciri-ciri yang ada pada masa perkembangan yang lain. Sebenarnya ciri-ciri yang ada pada masa perkembangan terdahulu dapat diperlihatkan pada masa-masa perkembangan berikutnya, hanya dalam hal ini terjadi dominasi pada ciri-ciri yang baru.
Ada aspek-aspek tertentu yang tidak berkembang dan tidak meningkat lagi, yang hal ini disebut fiksasi. Aspek intelek pada anak-anak tertentu yang memang secara konstitusional terbatas, pada suatu saat relatif berhenti, tidak bisa atau sulit berkembanga dan dikembangkan. Masalah penahapan (periodisasi) perkembangan ini biasanya juga merupakan masalah yang banyak dipersoalkan oleh para ahli.
e.       Hukum Tempo dan ritme Perkembangan
Tahapan perkembangan berlangsung secara berurutan, terus menerus dan dalam tempo perkembangan yang relatif tetap serta bisa berlaku umum. Justru perbedaan-perbedaan waktu, yaitu cepat lambatnya sesuatu penahapan perkembangan terjadi, atau sesuatu masa perkembangan dijalani, menampilkan adanya perbedaan-perbedaan individu.
Dalam praktek sering terlihat dua hal sebagai petunjuk keterlambatan pada keseluruhan perkembangan mental, yakni:
1)      Jika perkembangan kemampuan fisiknya untuk berjalan jauh tertinggal dari patokan umum, tanpa ada sebab khusus pada fungsionalitas fisiknya yang terganggu.
2)      Jika perkembangan kemampuan berbicara sangat terlambat dibandingkan dengan anak-anak lain pada masa perkembangan yang sama
Cepat lambatnnya sesuatu masa perkembangan dilalui dan seluruh perkembangan dicapai, selain berbeda antara perkembangan filogenetik dan ontogenetik, juga menunjukkan perbedaan secara perorangan meskipun tingkat perbedaannya tidak terlalu besar.
Ritme atau irama perkembangan akan semakin jelas tampak pada saat kematangan fungsi-fungsi. Pada saat itu akan terlihat adanyua selingan di antara cepat dan lambatnya perkembangan, yang kurang lebih tetap/konstan sifatnya.           
Setiap perkembangan tidak berlangsung secara melompat-lompat, akan tetapi menurunkan suatu pola tertentu dengan tempo dan irama tertentu pula, yang ditentukan oleh kekuatan-kekuatan dari dalam diri anak. 

4.      Karakteristik Pertumbuhan dan Perkembangan Remaja
Perkembangan menunjukkan suatu proses tertentu, yaitu suatu proses menuju kedepan dan tidak dapat diulang kembali. Dalam perkembangan manusia terjadi perubahan perubahan yang sedikit banyak berisifat tetap dan tidak dapat diulang. Perkembangan menunjukkan pada perubahan-perubuahan dalam suatu arah yang bersifat tetap dan maju.
Diantara para psikolog ada yang tidak membedakan antara istilah perkembangan dan pertumbuhan: namu ada yang lebih setuju akan istilah pertumbuhan. Hal ini mungkin untuk menunjukkan bahwa seseorang bertambah dalam berbagai kemampuannya yang bemacam-macam bahwa ia lebih mengalami diferensiasi dan juga bahwa ia pada tingkatan yang lebih tinggi, lebih mengalami integrasi. Disini pertumbuhan khusus dimaksudkan bagi pertumbuhan dalam ukuran badan dan fungsi-fungsi fisik murni. Menurut pendapat para psikolog istilah perkembangan lebih dapat mencerminkan sifat-sifat  yang khas mengenai gejala-gejala psikologi yang menampak.
Pertumbuhan fisik memang  mempengaruhi perkembangan psikologi. Pertambahan fungsi-fungsi otak misalnya memungkinkan anak dapat tersenyum, berjalan, bercakap-cakap dan lainsebagainya. Kemampuan berfungsi dalam tingkat yang lebih tinggi ini sebagai hasil pertumbuhan dapat disebut kematangan.
Tumbuh adalah berbeda dengan perkembangan. Pribadi yang tumbuh mengandung arti yang berbeda  dengan pribadi yang berkembang. Olehkarena itu dibedakan antara [ertumbuhan dan perkembangan. Dalam pribadi manusia, baik yang jasmaniah maupun yang rohaniah terdapat dua bagian yang berbeda sebagai kondisi yang menjadikan pribadi manusia berubah menuju ke arah kesempurnaan.
Pertumbuhan dapat diartikan sebagai perubahan kuantitatif pada material sesuatu sebagai akibat dari adanya pengeruh lingkungan. Perubahan kuantitatif ini dapat berupa pembesaran atu pertambahan dari tidak ada menjadi ada, dari kecil menjadi besr, dari sedikit menjadi banyak, dari sempit menjadi luas.
Perkembangan dapat diartikan sebagai perubahan kualitatif daripada fungsi-fungsi. Perubahan sesuatu fungsi adalah disebabkan oleh adanya proses pertumbuhan material yang memungkinkan adanya fungsi itu, dan disamping itu disebabkan oleh karena perubahan tingkah laku hasil belajar. Dengan demikian kita boleh merumuskan pengertian perkembangan pribadi sebagai perubahan kualitatif daripada setiap fungsi kepribadian akibat adanya pertumbuhan dan belajar.

5.      Jenis-Jenis Kebutuhan dan Pemenuhannya
Dalam proses pertumbuhan dan  perkembangannya menuju ke jenjang kedewasaan, kebutuhan psikolog,sosial semakin banyak dibandingkan dengan kebutuhan fisik karena pengalaman kehidupannya semakin luas, kebutuhan itu timbul disebabkan oleh dorongan – dorongan (motif). Kebutuhan dapat dibedakan menjadi 2 kelompok yakni :
·        Kebutuhan primer : merupakan kebutuhan biologis yang didorong oleh motif asli contohna : makan,minum, dan bernafas. Pada tingkat remaja kebutuhan primer ini dapat bertambah adalah kebutuhan seksual.
·        Kebutuhan sekunder : merupakan kebutuhan yang didorong oleh motif yang dipelajari seperti misalnya: kebutuhan akan hiburan, dll
Menurut Cole dan Bruce (1959) (oxendine,1984:227) membedakan kebutuhan menjadi 2 bagian yakni :
                     i.            Kebutuhan fisiologis contohnya : makan, minum, istirahat, seksual, dan perlindungan diri.
                   ii.            Kebutuhan psikologis contohnya : kebutuhan untuk memiliki sesuatu, kebutuhan akan cinta dan kasih sayang, kebutuhan akan keyakinan diri, dan kebutuhan aktualisasi diri.
Kebutuhan spikologis muncul dalam kehidupan manusia, seperti : apa yang dialami setiap hari secara emosional, yaitu: senang, puas, sedih, dll. Berhubung manusia hidup bersama di dalam masyarakat. Maka mereka ingin mengatur dan mengikuti peraturan yang berlaku di dalam kehidupan masyarakat sekalipun kadang - kadang hal ini sangat sukar, untuk  itu manusia belajar memahami norma – norma dan  sifat – sifat  normatif, artinya perilaku manusia diarahkan dan disesuaikan dengan  kehidupan bermasyarakat. Dalam dunia pendidikan ada kalanya berkembang norma – norma baru dan  norma itu segera diberlakukan di masyarakat. Oleh karena itu, dalam kehidupan  manusia ini juga berkembang kebutuhan – kebutuhan normatif  yaitu kebutuhan yang ditentukan dan sesuai dengan harapan – harapan pihak lain dan yang diterima oleh dirinya, sekarang maupun yang akan datang.

6.      Kebutuhan Remaja, Masalah dan Konsekuensinya
Masa remaja merupakan masa peralihann dari masa anak-anak menuju masa dewasa. Hall (dalam Liebert dan kawan-kawan, 1974:478) memandang bahwa masa remaja ini sebagai masa “storm and stress”. Ia menyatakan bahwa selama masa remaja banyak masalah yang dihadapi karena remaja itu berupaya menemukan jati dirinya (identitasnya).
Beberapa jenis kebutuhan remaja dapat diklasifikasikan menjadi beberapa kelompok kebutuhan, yaitu:
1.      Kebutuhan organic, yaitu makan, minum, bernapas, seks;
2.      Kebutuhan emosional, yaitu krbutuhan untuk mendapatkan simpati dan pengakuan dari pihak lain, dikenal dengan n’Aff;
3.      Kebutuhan berprestasi atau need of achievement (yang dikenal dengan n’Ach), yang berkembang karena didorong untuk mengembangkan potensi yang dimiliki dan sekaligus menunjukkan kemampuan psikofisis;dan
4.      Kebutuhan untuk mempertahankan diri dan mengembangkan jenis. Pertumbuhan fisik dan perkembangan sosial-psikologis dimasa remaja pada dasarnya merupakan kelanjutan, yang dapat diartikan penyempurnaan, proses pertumbuhan, dan perkembangan dari proses sebelumnya.  
5.      Harapan-harapan untuk dapat berdiri sendiri dan untuk hidup mandiri secara sosial ekonomis akan  berkaitan dengan berbagai masalah untuk menetapkan plihan jenis pekerjaan dan jenis pendidikan.
6.      Berbagai norma dan nilai yang berlaku di dalam hidup bermasyarakat merupakan masalah tersendiri bagi remaja, sedangkan di pihak remajanya sendiri merasa memiliki nilai dan norma kehidupannya yang dirasa lebih sesuai.

Usaha-Usaha Pemenuhan Lebutuhan remaja dan Implikasinya dalam Penyelenggaraan Pendidikan
Pemenuhan kebutuhan fisik atau organic merupakan tugas pokok. Kebutuhan ini harus dipenuhi, karena hal ini merupakan kebutuhan untuk mempertahankan kehidupannya agar tetap tegar (survival). Akibat tidak terpenuhinya kebutuhan fisik ini akan sangat berpenngaruh terhadao pembentukan pribadi dan perkembangan psikososial seorang individu.
Khusus kebutuhan seksual, hal ini juga merupakan kebutuhan fisik remaja, usaha pemenuhannya harus mendapatkan perhatian khusus dari orang tua, terutama ibu. Sekalipun kebutuhan seksual merupakan bagian dari kebutuhan fisik, namun hal ini menyangkut faktor lain utnuk diperhatikan dalam pemenuhannya.
Untuk mengembangkan kemampuan hidup bermasyarakat dan mengenalkan berbagai norma sosial, amat penting dikembangkan kelompok-kelompok remaja untuk berbagai urusan, seperti kelompok olahraga, seni dan music atau yang lainnya. 

(Mohon cantumkan alamat website ini sebagai sumber apabila anda tertarik menggunakan tulisan ini)